
Dalam perbincangan dengan ayah dari 5 orang anak yang juga adalah Ketua Kerukunan Keluarga Soppeng (KKS) di Kota Makassar ini, mengaku mulai memiliki sebuah keris pada tahun 1973. Keris tersebut merupakan pusaka dari leluhur ibunya, yang dalam ceritanya dahulu dipakai sebagai benda bertuah. Pemegangnya diyakini akan terjauh dari marabahaya.
Mulanya, menurut Pak Putra — panggilan akrab keseharian dari Putra Jaya MS, keris leluhurnya tersebut diterima dan disimpan begitu saja. Setahun di tangannya, ia lalu menelisik keris itu. Ternyata terjadi perubahan, rumah (warangka) keris terlihat membengkak, pecah seolah terjadi pengembangan.
Anak sulung dari 7 bersaudara pasangan keluarga Petta Mappesangka (ayah/alm) dan Petta Kursia (ibu) ini lalu berinisiatif mengganti warangka keris yang pecah kepada seorang ahli pembuat warangka di Kota Watansoppeng, ibukota Kabupaten Soppeng. Keris jenis Sapu Kala tak berluk ini, dahulu merupakan milik Datu (Raja) di Kerajaan Appanang, La Tenro Aji Matinroe ri Tenggana Appanang, yang memerintah dalam abad ke-17 di Soppeng. Akan tetapi, keris itu sendiri diperkirakan sudah dibuat sejak masa To Manurung di Sulsel, abad X.
Namun, menurut Pak Putra setelah dilakukan penggantian warangka badik tersebut, ia justru seringkali bermimpi menemukan badik-badik lainnya. Anehnya, katanya, biasanya dalam waktu dua sampai tiga hari setelah bermimpi, di alam nyata kemudian ada saja family (keluarga) atau tetangganya yang secara khusus datang dari Soppeng termasuk dari kota lainnya ke tempat kediamannya di Jl. Ratulangi V Makassar untuk memberikan kawali (badik) atau keris.

‘’Belum lama ini saya lihat keris La Tenro Aji itu seperti membengkak lagi, warangkanya pecah dan kerisnya seolah bertambah panjang hampir satu centimeter,’’ katanya.
Putra sendiri tidak memiliki keterangan lengkap mengenai riwayat semua kawali (badik) dan keris yang dimilikinya sekarang. Hanya beberapa yang diketahui. Di antaranya, sebilah keris yang bernama Welua Tassappena Gowa, yaitu badik perang milik Raja Bone Aru Palakka yang ditemukan di area Benteng Somba Opu, Makassar. Keris ini berlekuk (luk) tiga.



Tuah kawali (badik) dan keris, menurut Pak Putra, dapat dilihat dari bentuk pamornya. Umunya badik dan keris yang dikoleksi saat ini terbuat dari batu meteor (wase Langanro), bukan besi. Beberapakali Pak Pute membuktikan sendiri, ketika ia menyelipkan kawali (badik) itu di pinggangnya, justru tak terdeteksi ketika melewati alat sensor detektor yang dilakukan di sejumlah Bandara.
Kawali (Badik) orang Bugis – Makassar yang lebih cenderung disebut dengan nama Kawali oleh Pak Putra. Ciri pembedanya dengan keris dilihat dari matanya yang hanya tajam sebelah. Sedangkan keris kedua matanya tajam, serupa mata tombak. Kawqali (badik) dan keris koleksinya dibersihkan dari karat sekali dalam setahun dengan cara tradisional, menggunakan air dari perasan jeruk nipis.
Dalam awal-awal tahun mengumpul pemberian badik dan keris, Pak Putra mengakui pernah mengalami hal aneh. Lemari tempat pengumpul benda-benda leluhur tersebut pada malam hari, sering terdengar terketuk-ketuk. Seolah badik dan keris itu beraduk-aduk. Bahkan pernah ada sebuah badik yang setiap kali ditinggalkan di kamar tempat tidurnya, orang lain justru takut masuk karena mendapatkan seekor ular yang meliuk-liuk di atas kasurnya.
‘’Setelah saya tidak menaruh badik itu di kamar, tak pernah lagi ditemukan ular. Aneh, tapi dengan kalimat Allah semua hal yang terjadi tersebut telah tiada, badik ya badik, keris ya tak lain adalah keris,’’ katanya.
Sudah silih berganti orang yang datang hendak membeli sejumlah kawali dan keris yang dimiliki. Bahkan dengan tawaran nilai rupiah yang amat menggiurkan, sampai ratusan juta, tapi Pak Putra tak melepasnya. ‘’Ini warisan leluhur yang diamanahkan orang untuk saya simpan dan pelihara,’’ katanya.
Kawali (Badik) dan keris yang dikoleksi ada yang disebut Gecong Maddaung Ase, Gecong Batu, Luwu Sambang, Luwu Kaleo dan sebagainya. Mulai dari yang berlekuk (luk) 3, 5, 7 hingga 9. ‘’Dulu saya juga punya keris yang berlekuk 11 dan 13, tapi belakangan saya ketahui itu keris asal Pulau Jawa, dan saya telah berikan kepada rekan di Pulau Jawa,’’ jelas Putra Jaya.
Sumber : Kompasiana
3 komentar:
mantap badikx om.......!!!!!!!!!
Cappa "Kawali"... Ujung Badik
Cappa "Lila"... Ujung Lidah
Cappa "Katewang"... Ujung "Maaf Alat Vital"
Mamoso Maneng... Semuanya Berbisa...
jafak ki daeng... :)
Posting Komentar
Anda tidak diperbolehkan berkomentar bersifat promosi produk yang sama dengan di artikel, Apabila anda tetap berkomentar maka komentar anda akan kami Hapus